PPERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Adanya
perkembangan dalam teori keperawatan dan meodologi keperawatan yang bersumber
pada pergeseran pandangan dan keyakinan tentang keperawatan, dan pergeseran
dalah asuhan keperawatan, merupakan tekanan utama terjadinya perubahan dalam
pendidikan keperawatan.
Pendidikan
keperaawatan yang tadinya lebih bersifat berada di rumah
sakit (hospital-Based), bergeser kepada bentuk pendidikan yang
berada di perguruan tinggi atau universitas (University-based). Pendidikan
keperawatan yang tadinya hanya bersifat magang (Apprenticeship), bergeser
menjadi pendidikan yang ditujukan kepada penguasaan ilmu pengetahuan
keperawatan dan metode keperawatan melalui pendidikan dan latihan yang lama.
1. Orientasi pendidikan keperawatan
Orientasi pada
ilmu pengertahuan dan teknologi keperawatan dicirikan oleh kurikulum pendidikan
yang mengikuti pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kususnya IPTEK
bidang keperawatan, Kurikulum pendidikan diartikan tidak saja isi pendidikan
akan tetapi juga berbagai bentuk pengalaman belajar yang memungkinkan peserta
didik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan, serta
memungkinkan terjadinya proses penumbuhan dan pembinaan sikap dan keterampilan
professional.
Orientasi
kepada masyarakat atau komunitas memberikan arahan bahwa kurikilum pendidikan
disusun dengan bertolak dari kompetensi yang diturunkan dari tuntutan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan (kesehatan dan IPTEK) di masa datang, dengan tetap
memperhatikan pandangan tuntutan keprofesian dalam bidang keperawatan.
Orientasi
pendidikan kepada masyarakat dicirikan juga dengan pengalaman belajar di
masyarakat (Community-based education), yaitu berbagai bentuk pengalaman
belajar di masyarakat, seperti pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman
belajar lapangan (PBL). Kedua bentuk pengalaman ini adalah bentuk pengalaman
belajar yang sangat berpengaruh pada penumbuhan dan pembinaan sikap serta
keterampilan professional pada peserta didik.
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan
pandangan tentang perawatan dan orientsipendidikan perawatan seperti yang
diuraikan di atas, pendidikan perawatan sebagai pendidikan professional disusun
berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang mencirikannya sebagai pendidikan
akademi-profesional. Isi pendidikan dan sebagai pengalaman belajar yang
dikembangkan ditunjukan untuk berbagai pengalaman belajar yang dikembangkan
serta sikap dan kemampuan professional sesuai yang dituntut oleh profesi
keperawatan.
3. Penguasaan ilmu pengetehuan dan teknologi keperawatan
Seluruh
rangkaian proses pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan harus
ditata dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik
memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang
diperlukan dalam melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan sesuai tuntutan
profesi keperawatan (standar professional), dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan.
Harus
memungkinkan peserta didik menguasai ”body of knowledge” yang diperlukan
oleh seorang perawat profeional, dan menguasai berbagai metode dan teknik
keperawatan yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
4. Penyelesaian masalah secara ilmiah
Dalam seluruh
rangkaian pengalaman belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, secara
bertahap dan terintegrasikan sepenuhnya, ditumbuhkan dan dibina kemampuan untuk
memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran ilmian (scientific
reasoning). Penumbuhan dan penalaran kemampuan ini juaga dikaitkan dengan
tercapainya penguasaan proses keperawatan (nursing process) oleh peserta didik
yang merupakan pendekatan dan penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah,
termasuk pengambilan keputusan klinis (cinical decision).
5. Sikap dan tingkah laku professional
Sikap dan
tingkah laku professional yang dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesiannya, harus
ditumbuhkan dan dibina sejak awal proses pendidikan. Penumbuhan dan pembinaan
kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak professional, merupakan suatu
proses panjang dan berlanjut, terlaksana dalam suatu lingkungan yang sarat
dengan peran (role model).
6. Belajar aktif dan mandiri
Kemauan dan
kemampuan belajar aktif, mandiri,dan mengarahkan belajar sendiri harus ditumbuh
kembangkan sejak awal proses pendidikan, menuju terbinanya sikap dan
kemauan belajar sepanjang hayat. Segala bentuk pengalaman
belajar dikembangkan dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada peserta
didik (student oriented).
7. Pendidikan berada di masyarakat
Pendidikan atau
pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community based learning)
memungkinkan untuk menumbuhkan dam membina sikap dan keterampilan profeional
para peserta didik.
Melalui dua
bentuk pengalaman yaitu pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar
lapangan (PBL), ditumbuhkan dan dibina kemamauan pengambilan keputusan
klinik yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran ilmiah
dan penalaran etik dengan bertolak dari masalah-masalah nyata di bidang
keperawatan (nursing problem).
Di samping itu,
bentuk-bentuk pengalaman belajar ini yang pada dasarnya merupakan proses terjadinya
sosialisasi/adaptasi professional, peserta didik menjadi lebih mampu dan peka
dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di masyarakat, serta lebih
terampil dalam memanfaatkan berbagai sumber yang ada danprofesional untuk
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan kepada masyarakat.
8. Kerangka Kurikulum Pendidikan Sarjana Keperawatan
Dengan bertolak
dariorientasi pendidikan keperawatan, kerangka konsep pendidikan dn sikap serta
kemampuan perawat yang dituntut oleh masyarakat dan pembangunan di
masa datang, khususnya pembangunan kesehatan, disusun kerangka kurikulum
pendidikan sarjana keperawatan. Dalam kurikulum pendidikan sarjana keperawatan
di masa datang akan terdapat beberapa sekelompok ilmu yang melandasi pendidikan
keperawatan dan kelompok yang melandasi ilmu yang memungkinkan terjadinya
perunahan perilaku peserta didik sesuai dengan yang
diharapkan/direncanakan.
9. Berbagai Sumber Pendidikan yang Diperlukan
Pelaksanaan
pendidikan keperawatan, kususnya program pendidikan sarjana keperawatan seperti
yang diuraikan sepintas di atas, memerlukan berbagai sumber pendidikan
(educational resources) dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang
memadai. Staf akadeami yang merupakan komponen terpenting dalam pengembangan
dan pelaksanaan pendidikan tinggi keperawatan dari berbagai disiplin ilmu harus
tersedia dan dikembangkan secara terarah dan berlanjut.
Kelompok-kelompok
ilmuan dari berbagai kelompok atau disiplin ilmu yang mendukung pelaksanaan
pendidikan perawatan professional harus diberi kesempatan dan fasilitas cukup
untuk secara bersama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperwatan.
Melalui upaya yang demikian ini dapat diharapkan tahap demi tahap terbentuk dan
terbina suatu masyarakat ilmiah keperawatan atau komunitas ilmiah keperawatan
yang selanjutnya dapat menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif untuk
pengembangan berbagai kegiatan ilmiah dalam bidang keperawatan.
Tersedianya dan
dapat dimanfaatkannya berbagai labolatorium, khususnya labolatorium ilmu-ilmu
boimedik dan labolatorium keperawatan dasar merupakan hal yang mutlak
diperhatikan. Pengajaran ilmu-ilmu biomedik dengan penekanan dan pemahaman
teori dan konsep-konsep ilmu biomedik serta penalaran ilmiah perlu
dipotong dengan bentuk pengalamaan belajar praktik (PBP) di labolatorium yang
memadai. Demikian pula labolatorium keperawatan dasar, tempat
ditumbuh kembangkannya keterampilan dasar keperawatan harus ada dan
memungkinkan pengalaman belajar praktik dilaksanakan dan dikembangkan sesuai
tujuan yang hendak dicapai.
Berbagai lahan
praktik tempat pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan (serta
berbagai pengalaman belajar lain) dilaksanakan, dibina dan dikembangkan
sedemukian rupa sehingga benar-benar memberi kesempatan pada peserta didik
untuk mendapatkan pengalaman belajar nyata diperlukan . Lahan praktik yang pada
umumnya terdiri atas lebih dari satu fasilitas pelayanan kesehatan/keperawatan,
dekembangkan dalam satu kesatuan sebagai jaringan lahan praktik.
Untuk menumbuhkan
dan membinaa etik professional diperlukan lingkungan belajar dengan iklim yang
mendukung terlaksananya latihan penalaran etik. Cukup banyak kejadian atau
peristiwa yang mengandung masalah etik, dan tersedianya cukup staf professional
yang dapat memberikan bimbingan dan latihan-latihan bagi peserta didik.
Lingkungan yang
demikian ini adalah lingkungan belajar klinik dan lingkungan belajar lapangan,
disertai adanya masyarakat profeional (professional Community) yang membina
iklim keprofesian (professional climate), sarat dengan klinis yang dapat
dijadikan panutan atau model peran (role model). Disamping itu perlu adanya
kelompok yang secara terus menerus melakukan pembahasan dan berupaya
menyelesaikan masalah etik profesi yang muncul.